Wejangan Js. Maksimus Sang Pengaku Iman

Bagaimanakah Kita Berelasi dengan Allah

Engkau harus mengasihi setiap orang dengan keseluruhan jiwamu, namun taruhlah harapanmu pada Allah yang Esa, dan layanilah Dia seorang. Sebab selama Dia yang melindungi kita dan sahabat-sahabat kita (para malaikat) yang menolong kita, maka musuh kita (roh jahat) tidak dapat menyusupkan kejahatan ke atas kita. Namun ketika Dia memalingkan wajah-Nya, maka para sahabat kita itu juga menjauh dari kita dan roh jahat memiliki kuasa atas kita.

( Js. Maksimus Sang Pengaku Iman, Bab Kasih, 4.95 )

.

.

Allah Memelihara Semua Orang

Tujuan dari Penyediaan Allah ialah untuk menyatukan, yaitu melalui iman yang benar dan kasih yang rohani, semua umat manusia yang telah terpisah-pisahkan oleh si jahat. Dan juga untuk hal inilah Juruselamat juga menderita untuk kita, “untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai” (Yoh 11:52).

( Js. Maksimus Sang Pengaku Iman, Bab Kasih, 4.17 )

.

.

Dosa dan Kejahatan

Makanan tidaklah jahat, yang jahat adalah kerakusan. Melahirkan anak tidaklah jahat, percabulanlah yang jahat. Uang tidaklah jahat, yang jahat adalah ketamakan. Kemuliaan tidaklah jahat, ketakaburanlah yang jahat. Sesungguhnya tidak ada yang jahat di dalam apapun jua, yang jahat adalah dalam penyalahgunaannya.

(Js. Maksimus Sang Pengaku Iman, Bab Kasih, 3.4)

.

.

Marah adalah suatu dorongan dari jiwa yang ditanamkan Allah di dalam hati manusia sebagai wujud kebutuhan akan keadilan atas hal-hal yang tidak benar. Marah menjadi dosa ketika disusupi oleh ego dan akhirnya merusak orang lain. Seorang Kristen dapat marah dengan tujuan yang baik dan mulia tanpa perlu ia jatuh ke dalam dosa. Pengendalian diri atas marah dilakukan dengan mengendalikan ego manusia itu sendiri.

(Diambil dari: Daily Meditations: Father Maximos on Temperance and Self-Control, July 23rd, 2013)

.

.

“Daripada engkau dengan berbangga diri selalu mengatakan: Aku percaya kepada Kristus dan diselamatkan, lebih baik kaukatakan: Aku adalah orang berdosa dan selayaknya dihukum, maka dengan ketakutan semacam ini engkau akan menjaga diri dari segala hawa nafsu.”

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman)

.

.

Kristus dan Kita

Bersihkanlah pikiranmu dari amarah, ingatan akan kejahatan dan dari pikiran yang memalukan maka engkau akan mengetahui bagaimana Kristus tinggal di dalam kamu.

(Js. Maksimus Sang Pengaku Iman, Bab Kasih, 4.76)

.

.

Ketika Orang Mengutuk Kita

Sejauh mana engkau berdoa dengan segenap jiwamu untuk orang yang telah memfitnahmu, sejauh itulah Allah mengungkapkan kebenaran sebenarnya kepada mereka yang percaya fitnah itu.

(Js. Maximus, Bab tentang Kasih, 4. 89)

.

.

Dendam

Jika engkau mengingat kejahatan yang dilakukan seseorang terhadapmu kemudian berdoa untuknya dan ketika engkau menghapus rasa sakit karena ingatan akan kejahatan yang telah dilakukan, engkau niscaya menghentikan bangkitnya hasrat (nafsu). Dan ketika engkau telah mencapai kasih persaudaraan dan kasih bagi segenap umat manusia, engkau benar-benar akan melemparkan hasrat keji ini keluar dari jiwamu. Kemudian ketika orang lain berbuat jahat kepadamu, penuhilah dirimu dengan kasih sayang dan kerendahan hati terhadapnya dan perlakukanlah dia dengan baik dan engkau akan membebaskannya dari hasrat keji ini.

(Js. Maximus Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 3. 90)

.

.

Jiwa yang dijejali oleh kebencian terhadap sesama manusia tidak bisa berdamai dengan Allah yang telah berkata: Jika kamu tidak mengampuni dosa-dosa sesamamu, Bapamu pun tidak akan mengampuni dosa-dosamu (Mat 6:15). Jika seseorang tidak mau diajak berdamai, setidaknya engkau harus menjaga diri dari membenci, berdoa dengan hati yang murni untuknya dan tidak berbicara apapun yang jahat mengenai dirinya.

(Js. Maximus, Bab tentang Kasih, 4. 35)

.

.

Bagaimana Tuhan Melihat Perbuatan Kita

Dalam semua perbuatan kita, Allah melihat niat, apakah kita melakukannya demiNya atau demi beberapa niat lain.

(Js. Maximus, Bab tentang Kasih, 2: 36)

.

.

Kasih

Jangan meremehkan perintah untuk mengasihi karena melalui itu engkau menjadi anak Allah dan ketika engkau melanggarnya, engkau menjadi seorang putra Gehenna (neraka).

(Js. Maximus Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 4: 20)

.

.

Jangan katakan bahwa iman dalam Kristus semata dapat menyelamatkanmu sebab hal ini tidak mungkin jika engkau tidak mencapai cinta kasih kepadaNya, yang ditunjukkan oleh perbuatan. Adapun iman semata: “Para setan juga percaya dan gemetar.” (Yakobus 2: 19). Tindakan cinta sepenuh hati ada dalam perbuatan baik terhadap sesama, kemurahan hati, kesabaran dan penggunaan yang sederhana dari segala sesuatu.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 1. 39-40)

.

.

Yang Tak Memiliki Kasih

Siapapun yang melihat dalam dirinya jejak kebencian terhadap seseorang oleh karena dosa apapun sesungguhnya asing terhadap kasih Allah. Karena cinta terhadap Allah sama sekali tidak menoleransi kebencian bagi manusia.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 1. 15)

.

.

Bagaimana Mengungkapkan Kasih

Kasih diwujudkan tidak hanya melalui pembagi-bagian harta seseorang tetapi lebih dari itu melalui menyebarkan firman Tuhan dan perbuatan yang menolong.

(Js. Maximus Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 1. 26)

.

.

Hasrat Keji

Hasrat keji atau napsu (passions) adalah gerakan tak alami dari jiwa atau kesenangan yang irasional atau kebencian membabi buta terhadap semua hal yang material atau karena hal ini: misalnya, atas makanan atau atas perempuan atau atas kekayaan atau atas kemuliaan duniawi atau hal-hal indrawi lainnya atau demi hal-hal seperti: seperti dalam kebencian yang tidak masuk akal bagi seseorang pada hal-hal yang disebutkan di atas.

(Js. Maximos, Bab tentang Kasih, 2. 16)

.

.

Beberapa napsu bersifat jasmani, sementara yang lain jiwani. Napsu badani memiliki sumber dari dalam tubuh, sementara napsu yang bersifat jiwani datang dari hal-hal eksternal. Tapi cinta dan kesederhanaan/ kesabaran mengerat satu napsu dan napsu lainnya: Kasih memangkas napsu jiwani dan kesederhanaan memangkas napsu badaniah.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 1. 64)

.

.

Pada awalnya pemikiran sederhana tentang kejahatan membuatnya menjadi pikiran dan jika disimpan dalam pikiran maka gerak gairah napsu timbul dari situ dan jika engkau tidak memadamkan napsu maka pikiran akan condong menyepakatinya dan ketika ini terjadi, hal itu mengarahkan pikiran untuk melakukan perbuatan dosa. [Jagalah pikiranmu], karena jika kamu tidak melakukan dosa dalam pikiran, kamupun tidak akan pernah berbuat dosa dalam perbuatan.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 1. 84)

.

.

Roh jahat meningkatkan napsu dalam diri kita, memanfaatkan kelalaian kita dan menyalakan napsu itu. Tetapi malaikat memadamkan napsu kita, menyemangati kita demi kesempurnaan kebajikan.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 2: 69)

.

.

Perjuangan Melawan Napsu

Dilepaskan dari pikiran buruk bukan berarti dibebaskan dari hawa nafsu. Seringkali orang dibebaskan dari pikiran buruk ketika mereka tidak memiliki hal-hal yang dapat memicu nafsu di hadapan mereka. Tapi hasrat nafsu mereka tetap tersembunyi di dalam jiwa dan ketika muncul lagi secara tiba-tiba hal-hal pemicu maka hawa nafsu itu terungkap. Oleh karena itu kita perlu menjaga pikiran ketika muncul dan mengetahui ke arah mana hal-hal yang membangkitkan nafsumu.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 3: 78)

.

.

Pikiran seseorang pria yang mencintai Tuhan tidak melawan hal-hal atau pikiran yang menggambarkan diri mereka namun melawan hawa nafsu yang berhubungan dengan nafsu itu. Artinya dia tidak berjuang melawan seorang wanita atau terhadap orang yang telah menghinanya dan tidak melawan gambaran mereka tetapi melawan hawa nafsu yang dipicu oleh gambar-gambar itu.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 3: 40)

.

.

Kesalahan Rohani

Larilah dari cinta diri, yang adalah ibu dari kedengkian, yang merupakan cinta yang tidak rasional bagi tubuhmu. Sebab dari sanalah dilahirkan tiga dosa utama: kerakusan, ketamakan dan kesombongan, yang berakar dari kebutuhan tubuh dan dari mereka semua segala hawa nafsu lahir. Ini sebabnya kita harus selalu menentang cinta diri dan melawannya. Siapapun yang menolak cinta diri akan dengan mudah menaklukkan semua nafsu lain dengan bantuan Allah: kemarahan, kesedihan, dendam dan yang lainnya. Tapi siapapun yang ditahan oleh cinta diri bahkan akan tanpa tak sadar ditaklukkan oleh nafsu-nafsu di atas.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 2. 59)

.

.

Ada banyak dari mereka yang berbicara tetapi hanya beberapa yang benar-benar melakukan. Namun tidak ada satu orangpun yang pantas untuk menyelewengkan Firman Allah oleh kelalaiannya sendiri tetapi lebih baik mengakui kelemahanmu sendiri tanpa menyembunyikan kebenaran Allah sehingga kelak engkau tidak mesti tampil sebagai pelanggar perintah-perintahNya dan bahkan bersalah atas penjelasan tidak dapat dipercaya mengenai Firman Allah.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 4: 85)

.

.

Godaan

Jika tiba-tiba godaan datang, janganlah menyalahkan melalui siapa godaan itu datang tetapi carilah alasannya. Dengan demikian engkau akan menemukan pembaharuan bagi jiwamu.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 2: 42)

.

.

Godaan datang kepada beberapa orang untuk pembersihan dosanya yang sebelumnya, kepada beberapa yang lain untuk mempercantik penyempurnaan mereka saat ini, dan bagi beberapa yang lain, sebagai persiapan untuk hal-hal yang akan datang, kecuali godaan, yang bermanfaat untuk meningkatkan iman dan kebajikan, seseorang seperti halnya kepada Ayub.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 2. 45)

.

.

Kesedihan

Seseorang yang mawas, merenungkan penyediaan Allah yang menyembuhkan, menanggungnya dengan ucapan syukur atas setiap kemalangan yang datang kepadanya. Ia melihat penyebab mereka ada dalam dosa-dosa sendiri dan bukan dari orang lain. Tetapi seseorang yang ceroboh ketika ia berdosa dan menerima hukuman untuk dosa itu, menganggap penyebab kemalangannya itu adalah Tuhan, atau orang lain, tidak memahami pemeliharaan Tuhan baginya.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 2. 46)

.

.

Kerendahan hati dan penderitaan membebaskan manusia dari segala dosa; sebab yang pertama mengerat nafsu dan yang kedua mendidik tubuh.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 1. 76)

.

.

Bagaimana Kita Bisa Diselamatkan

Seorang Kristen menerima hikmat Ilahi dalam tiga cara: melalui perintah, ajaran-ajaran dan iman. Perintah membebaskan pikiran dari nafsu. Ajaran-ajaran membawa pengetahuan sejati tentang semesta. Iman menghantar kepada kontemplasi akan Tritunggal Mahakudus.

(Js. Maximos Sang Pengaku Iman, Bab tentang Kasih, 4. 47)

.

.

Related Posts