Bagaimana Allah Menjangkau Kita
Seorang rahib berkata kepadaku bahwa ketika dulu ia sakit parah, ibunya berkata kepada ayahnya, “Betapa menderitanya anak mungil kita. Aku sungguh rela memberikan diriku untuk dipotong-potong jika itu dapat meringankan kesakitannya.”
Demikianlah kasih Allah bagi manusia. Ia mengasihani manusia sedemikian dalamnya sehingga Ia sudi untuk menderita bagi mereka, seperti seorang ibu bagi mereka, dan bahkan lebih dari itu. Namun tak seorang pun memahami kasih yang teramat agung ini tanpa rahmat dari Roh Kudus.
( Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IX.10 )
.
.
Tuhan mengasihi semua manusia, namun Ia sungguh mengasihi mereka yang mencari Dia. Bagi umat-Nya yang terpilih, Tuhan memberikan rahmat anugerah-Nya yang begitu besar sehingga demi kasih itu mereka menyangkal dunia, seluruh dunia, dan jiwa mereka terbakar dengan hasrat agar semua orang dapat diselamatkan dan melihat kemuliaan Tuhan.
( Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IX.8 )
.
.
Bagaimana mengenal Allah
Banyak orang yang kaya dan berkuasa bersedia untuk membayar mahal untuk melihat Tuhan dan Ibu-Nya yang Teramat Murni, namun Allah tidak menampakkan diri dengan kekayaan, namun di dalam hati yang rendah.
Setiap orang, bahkan yang paling miskin sekalipun dapat menjadi rendah hati dan mengenal Allah. Tidak diperlukan uang ataupun reputasi untuk mengenal Allah, tetapi hanya dengan kerendahan hati.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, I.11.21)
.
.
Tidak peduli berapa banyak yang kita pelajari, mustahillah kita mengenal Allah jika kita tidak hidup menurut perintah-perintah-Nya, sebab Allah tidak dapat dikenal semata-mata melalui sains, namun melalui Roh Kudus.
Banyak filsuf dan cendekiawan telah percaya bahwa Allah itu ada, namun mereka tidak mengenal Allah. Mempercayai bahwa Allah itu ada berbeda dengan mengenal Dia. Jika seseorang telah mengenal Allah melalui Roh Kudus, jiwanya akan berkobar dengan kasih akan Allah siang dan malam, dan jiwanya tidak dapat diikat oleh perkara-perkara duniawi.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, VIII.3)
.
.
Kemerdekaan
Tuhan menginginkan kita agar mengasihi satu sama lain. Inilah kemerdekaan itu: di dalam kasih kita akan Allah dan sesama. Dalam kemerdekaan ini, ada persamaan. Dalam pangkatan duniawi, bisa saja tidak ada kesamaan, namun itu tidaklah penting bagi jiwa. Tidak semua orang dapat menjadi raja, tidak setiap orang dapat menjadi patriakh ataupun bos. Namun dalam jabatan apapun, adalah mungkin untuk mengasihi Allah dan menyenangkanNya dan hanya inilah yang penting. Dan siapapun yang mengasihi Allah lebih besar saat di bumi, akan ada dalam kemuliaan yang lebih besar di dalam kerajaanNya.
( Js. Silouan dari Athos, Tulisan, VI.23 )
.
.
Mereka yang Telah Mengenal Allah
Ketika jiwa seseorang mengenal kasih akan Allah melalui Roh Kudus maka ia dapat merasakan dengan jelas bahwa Tuhan adalah Bapa kita sendiri, Bapa yang begitu dekat, yang terkasih dan yang terbaik. Dan tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada mengasihi Allah dengan segenap akal budi dan hati dan sesama kita seperti diri kita sendiri. Dan ketika kasih ini ada di dalam jiwa kita maka segala sesuatu membawa sukacita yang murni bagi jiwa.
( Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IX. 15)
.
.
Janganlah resah jika engkau tak mampu merasakan kasih Allah di dalam dirimu, namun renungkanlah Tuhan, yakni bahwa Ia penuh welas asih, dan jagalah dirimu terhadap dosa, maka rahmat Allah akan mengajarimu.
( Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IX. 16 )
.
.
Jiwa yang telah sampai pada pengenalan akan Allah secara penuh tidak lagi menginginkan apapun yang lain, tidak pula ia mengikatkan diri pada apa yang fana di dunia ini, dan bahkan jika engkau menaruh sebuah kerajaan di hadapannya, ia takkan tersentil untuk menginginkannya, sebab kasih Allah memberikan rasa manis dan sukacita yang amat besar kepada jiwa sehingga bahkan kehidupan sebagai raja sekalipun tidak lagi terlalu manis baginya.
( Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IX. 13 )
.
.
Ketakpercayaan
Tuhan tidak menampakkan diriNya kepada jiwa yang sombong. Jiwa yang angkuh betapapun banyak buku yang telah ia baca, tidak akan membuatnya mengenal Allah sebab dengan kesombongannya, ia tidak memberi tempat bagi rahmat Roh Kudus, sementara Allah hanya dikenal oleh jiwa yang rendah hati.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, III. 11)
.
.
Kita masing-masing dapat merenungkan akan Allah sejauh kita mengenal rahmat Roh Kudus; sebab bagaimana mungkin kita bisa merenungkan atau membahas sesuatu yang kita tidak pernah lihat, ataupun dengar, atau bahkan ketahui? Orang-orang kudus berkata bahwa mereka telah melihat Allah, namun ada juga orang yang mengatakan bahwa tidak ada Allah. Sungguhlah orang yang demikian ini mengatakan begitu karena mereka tidak mengenal Allah namun itu tidak berarti bahwa Allah tidak ada. Para orang kudus mengatakan hal itu berdasarkan apa yang benar-benar mereka lihat dan kenal.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, III. 9)
.
.
Kesombongan tidak menginginkan jiwa untuk memulai perjalanan iman kita. Inilah nasihatku kepada mereka yang tidak percaya: biarlah ia berkata, ‘Tuhan jika Engkau ada maka terangilah hamba dan hamba akan melayaniMu dengan sepenuh hati dan jiwaku.’ Kemudian oleh pemikiran yang rendah hati ini dan kesiapannya untuk melayani Allah, Tuhan akan segera meneranginya… Lantas jiwamu akan merasakan Tuhan, ia akan merasakan bahwa Tuhan telah mengampuninya dan mengasihinya, engkau akan mengerti hal ini melalui pengalaman dan rahmat dari Roh Kudus akan menjadi saksi di dalam jiwanya akan keselamatanmu dan engkau akan memiliki keinginan untuk menyerukan ini ke seluruh dunia, ‘Tuhan begitu mengasihi kita!’
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, III. 6)
.
.
Para Janasuci (Orang Kudus)
Jiwa yang rendah hati sungguhlah terberkati. Allah mengasihinya. Sang Theotokos lebih agung dari semua di dalam kerendahan hatinya, dan karenanya segala bangsa di bumi memberkatinya dari atas bumi, sementara para kuasa sorgawi melayaninya. Dan Tuhan telah memberikan ibuNya yang sungguh terberkati ini kepada kita sebagai pembela dan penolong.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan III. 14)
.
.
“Aku mengasihi mereka yang mengasihi Aku dan memuliakan mereka yang mengasihiKu.” (Amsal 8:17, I Raja-raja 2:30) demikian firman Tuhan mengenai para janasucinya. Tuhan menganugerahkan Roh KudusNya kepada orang-orangNya yang kudus dan mereka mengasihi kita di dalam Roh Kudus. Para Janasuci mendengarkan doa-doa kita dan memiliki kuasa dari Allah untuk menolong kita. Seluruh umat Kristen sejati mengetahui hal ini.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XII. 1. 8)
.
.
Banyak yang mengira bahwa para Janasuci itu jauh dari kita. Namun memang mereka jauh dari orang yang menjauhkan dirinya dan sangat dekat kepada mereka yang memelihara perintah-peritah Kristus dan memiliki rahmat Roh Kudus. Di sorga, segala sesuatu digerakkan oleh Roh Kudus. Namun Roh Kudus juga ada di bumi ini. Dia hidup di dalam Gereja kita. Dia hidup dalam perayaan Misteri (Sakramen). Dia mengilhami Kitab Suci. Dia mengilhami (ada di dalam) jiwa para umat beriman. Roh Kudus menyatukan segala sesuatu, dan karenanya para Janasuci itu begitu dekat dengan kita. Dan ketika kita meminta pertolongan kepada mereka maka Roh Kudus mendengarkan doa-doa kita dan jiwa kita merasakan bahwa mereka berdoa bagi kita.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XII. 3)
.
.
Para Janasuci itu serupa dengan Tuhannya, demikian pula semua orang yang memelihara perintah-peritah Kristus, namun bagi mereka yang hidup menurut napsu mereka masing-masing dan tidak sudi bertobat serupa dengan si jahat. Aku berpikir bahwa jika misteri ini dinyatakan kepada dunia, mereka akan berhenti melayani si iblis dan setiap orang akan berupaya untuk melayani Tuhan dengan segenap kekuatannya dan menjadi serupa denganNya.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XII. 9)
.
.
Ketika jiwa melalui Roh Kudus mengenal sang Theotokos Maria; ketika di dalam Roh Kudus ia mengasihi para Rasul, Nabi dan segenap para Janasuci yang kudus, maka hatinya akan terpesona dan terpaut kepada dunia yang itu dan tidak bisa tinggal diam saja namun gelisah, haus dan tidak dapat berhenti berdoa dan meskipun tubuhnya begitu kelelahan dan ingin berbaring di atas pembaringan bahkan ketika ia sedang berbaring pun jiwanya merindukan Allah dan Kerajaan Para Kudus.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, I. 28)
.
.
Bapa Rohani
Pertimbangkanlah bahwa Roh Kudus tinggal di dalam bapa rohani dan Ia akan memberitahumu apa yang harus dilakukan. Tetapi jika engkau berpikir bahwa bapa rohani ada dalam kehidupan yang lalai dan bahwa Roh Kudus tidak hidup dalam dirinya, engkau akan menderita dengan sangat karena pikiran itu dan Tuhan akan merendahkan engkau dan engkau segera akan jatuh ke dalam khayalan.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, II. 1)
.
.
Jika seseorang tidak menceritakan dengan jujur pergumulannya kepada bapa rohaninya maka jalannya adalah bengkok dan tidak mengarah pada Kerajaan Sorga. Tetapi jalan orang yang menceritakan dengan jujur mengarah langsung ke Kerajaan Sorga.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XIII. 9)
.
.
Dengan menceritakan segalanya dengan jujur kepada bapa rohanimu, Tuhan akan menaruh belas kasihan padamu dan kamu akan lolos dari khayalan yang sia-sia. Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu tahu lebih banyak tentang kehidupan rohani daripada bapa rohanimu, dan kamu berhenti menceritakan segala hal tentang dirimu dalam pengakuan yang jujur maka engkau akan segera diizinkan untuk jatuh ke semacam khayalan yang sia-sia agar kamu dapat diperbaharui.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XVII. 13)
.
.
Roh Kudus bertindak secara mistika melalui bapa rohani dan kemudian ketika engkau melangkah pulang setelah dari bapa rohani, jiwa ini merasakan pembaharuannya. Tetapi jika engkau meninggalkan bapa rohanimu dalam keadaan kebingungan, ini berarti bahwa engkau tidak mengaku secara murni dan tidak mengampuni semua dosa saudaramu dari dalam hatimu.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XIII. 11)
.
.
Tuhan mengasihi kita sehingga Dia rela menderita bagi kita di atas salib dan penderitaanNya begitu besar sehingga kita tidak bisa memahaminya. Dengan cara yang sama gembala rohani kita menderita bagi kita, meskipun kita sering tidak melihat penderitaan mereka. Semakin besar kasih sang gembala, semakin besar penderitaannya dan kita para dombanya harus memahami ini dan mengasihi dan menghormati gembala kita.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XIII. 2)
.
.
Hubungan dengan Orang Lain
Dengan segenap kekuatanmu, mohonlah kepada Tuhan untuk mengaruniakanmu kerendahan hati dan kasih persaudaraan karena Allah memberikan anugerahNya secara rela demi cinta kasih terhadap satu sama lain. Lakukan percobaan ini pada diri sendiri: Suatu hari mintalah kepada Tuhan, kasih terhadap saudaramu dan hari lain – hiduplah tanpa kasih. Engkau akan melihat perbedaannya.
(Js. Silouan dari Gunung Athos, Tulisan, XVI. 8)
.
.
Bagaimana Jika Berhadapan dengan Dosa Orang Lain
Jika engkau melihat seorang saudaramu yang telah berdosa dan engkau tidak mengasihaninya, kasih karunia Allah akan meninggalkan engkau. Barangsiapa mengutuki orang jahat dan tidak berdoa untuk mereka, tidak akan pernah sampai pada pengetahuan akan kasih karunia Allah.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, VII. 4, VIII. 6)
.
.
Mengenai Pengampunan terhadap Penghinaan
Kita memiliki hukum untuk hal ini: Jika engkau mengampuni, itu berarti bahwa Allah telah mengampunimu tetapi jika engkau tidak mengampuni saudaramu, itu berarti bahwa dosamu tetap ada padamu.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, VII. 9)
.
.
Mengasihi Musuh
Siapapun yang tidak mengasihi musuh-musuhnya tidak dapat mengenal Tuhan dan pesona Roh Kudus. Roh Kudus mengajar kita untuk mengasihi musuh kita sedemikian rupa kita mengasihi jiwa mereka seolah-olah mereka adalah anak-anak kita sendiri.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, I. 11)
.
.
Aku memintamu untuk mencoba sesuatu. Jika seseorang menyakitimu atau tidak menghormatimu atau mengambil sesuatu darimu, berdoalah seperti ini: “Tuhan, kami sekalian adalah makhlukMu. Kasihanilah hamba-hambaMu dan bimbinglah mereka kepada pertobatan.” Maka engkau akan secara nyata menampung rahmat dalam jiwamu. Mendorongmu untuk mengasihi musuhmu dan Tuhan melihat niat baikmu akan membantumu dalam segala hal dan akan menunjukkan pengalaman akan Dia padamu. Tapi siapapun yang berpikiran jahat akan musuh-musuhnya tidak memiliki kasih kepada Allah dan belum mengenal Allah.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IX. 21)
.
.
Doa
Siapapun yang ingin menghidupi doa tanpa panduan, dan dengan bangga; berpikir bahwa dia bisa belajar dari buku dan tidak sudi pergi kepada seorang Elder, sudah setengah jalan ke dalam khayalan rohani. Tapi Tuhan menolong mereka yang rendah hati dan jika tidak ada pemandu yang berpengalaman dan dia datang kepada bapa rohani (confessor), siapa pun orangnya maka Tuhan akan menaungi dia karena kerendahan hatinya.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, II. 1)
.
.
Ketika Allah ingin berbelas kasihan pada seseorang, Dia mengilhami orang lain untuk berdoa baginya dan Dia mendatangkan pertolongan melalui doa ini.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XX. 9)
.
.
Pertobatan
Para orang kudus adalah orang-orang sejati sama seperti kita semua. Banyak dari mereka yang memiliki masa lalu dengan dosa-dosa besar, tetapi melalui pertobatan, mereka mencapai Kerajaan Sorga. Dan setiap orang yang tiba di sana pasti masuk melalui pertobatan, yang Tuhan Maha Welas Asih telah berikan kepada kita melalui penderitaanNya.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XII. 10)
.
.
Tuhan sangat mengasihi orang berdosa yang bertobat dan penuh welas asih merangkulnya di dadaNya: “Ke mana saja engkau selama ini anakKu, Aku telah lama menungguMu?” Tuhan memanggil semua ciptaan untuk datang kepada diriNya dengan suara injil dan suaranya terdengar di seluruh dunia: “Datanglah kepadaKu, dombaKu. Aku telah menciptakanmu dan Aku mencintaimu. Cinta kasihKu kepadamu telah membawaKu ke bumi dan Aku menanggung derita atas segala sesuatu demi keselamatanmu dan Aku ingin engkau semua tahu kasihKu dan berkata seperti para rasul di Gunung Tabor: Tuhan, adalah baik bagi kami untuk bersama Engkau.”
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IX. 27)
.
.
Kehendak Allah dan Kehendak Kita
Merupakan suatu kebaikan yang besar untuk berlindung kepada kehendak Allah. Kemudian Tuhan sendiri ada di dalam jiwanya dan tidak ada pikiran lain, dan dia berdoa kepada Allah dengan pikiran yang murni. Ketika jiwa sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Tuhan maka Tuhan sendiri mulai membimbingnya dan jiwa itu belajar langsung dari Allah. Seseorang yang angkuh tidak hidup menurut kehendak Allah. Ia gemar berjalan dengan kehendak sendiri dan tidak memahami bahwa manusia tidak memiliki cukup pemahaman untuk mengarahkan dirinya sendiri tanpa Allah.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, VI. 1)
.
.
Bagaimana engkau bisa mengetahui apakah kamu hidup dalam kehendak Allah? Berikut ini adalah tandanya: Jika engkau galau dan terusik akan apapun yang duniawi, ini berarti bahwa kamu belum benar-benar memberikan diri ke dalam kehendak Allah. Seseorang yang hidup dalam kehendak Allah tidak kuatir atas apapun jua. Dan jika ia membutuhkan sesuatu, ia menyerahkan baik masalah itu dan dirinya sendiri kepada Allah. Dan jika ia tidak menerima hal yang ia perlukan, ia akan tetap tenang, seolah-olah ia memilikinya. Jiwa yang telah diserahkan kepada kehendak Allah tidaklah takut pada apapun, tidak pada guntur atau pencuri – tidak pada apapun juga. Tapi apapun yang terjadi, katanya , “Kiranya itu menyenangkan Tuhan.” Jika dia sakit, dia berpikir: ini berarti bahwa saya memang perlu sakit sebab jika tidak, Allah tidak akan memberikannya kepadaku. Jadi damai itu terjagai dengan indah dalam jiwa dan tubuh.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, VI. 4)
.
.
Tuhan telah memberikan Roh Kudus ke atas bumi dan di dalam siapapun Ia tinggal, orang itu merasakan sorga dalam dirinya. Engkau mungkin berkata: mengapa hal ini tidak terjadi padaku? Karena engkau tidak memberikan dirimu pada kehendak Allah tetapi kamu hidup menurut kehendak diri sendiri. Lihatlah orang yang mengasihi kehendak sendiri: dia tidak pernah memiliki damai di dalam diri dan selalu kesal oleh karena suatu sebab. Tetapi barangsiapa telah memberikan diri kepada kehendak Allah yang sempurna akan memiliki doa yang murni. Jiwanya mengasihi Tuhan, dan semuanya yang manis diterima dan baik baginya.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, VI. 14)
.
.
Perintah-Perintah Tuhan
Rasul Yohanes Sang Teolog Kudus mengatakan bahwa perintah Allah tidaklah sulit tapi mudah (I Yohanes 5:3). Tapi perintah-perintah itu hanya menjadi mudah karena kasih, sementara mereka semua sulit jika tidak ada kasih.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XVI. 10)
.
.
Bagaimana Mengungkapkan Kasih
Barangsiapa telah mengenal kasih Allah mengasihi seluruh dunia dan tidak pernah menggerutu mengenai keadaannya karena beban kesedihan demi Allah layak bagi keuntungan sukacita kekal.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, I. 27)
.
.
Kerendahan Hati
Beberapa orang banyak menderita dari kemiskinan dan penyakit tetapi tidak menjadi rendah hati dan oleh karenanya mereka menderita tanpa keuntungan. Tapi orang yang merendahkan hatinya akan bersuka cita dalam segala situasi karena Tuhan adalah kekayaan dan sukacitanya dan semua orang akan heran oleh keindahan jiwanya.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, III. 9)
.
.
Kesabaran
Engkau harus mengajar diri sendiri bagaimana untuk makan lebih sedikit, namun dengan ketajaman pikiran yang jernih, sepanjang pekerjaanmu memungkinkan. Ukuran kesederhanaan harus sedemikian rupa sehingga setelah makan kamu ingin berdoa tanpa henti.
(Js. Silouan dari Athos)
.
.
Ketaatan
Dengan ketaatan, seseorang dijagai dari kesombongan. Doa diberikan demi ketaatan. Kasih karunia Roh Kudus juga diberikan untuk ketaatan. Inilah alasan mengapa kepatuhan lebih tinggi dari doa dan puasa.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XV. 4)
.
.
Ketaatan diperlukan tidak hanya untuk para rahib tetapi untuk semua orang. Bahkan Tuhan pun taat. Orang yang sombong dan megah diri tidak mengijinkan kasih karunia untuk hidup di dalam dirinya dan karena itu mereka tidak pernah memiliki kedamaian rohani, sementara di dalam jiwa yang taat, kasih karunia Roh Kudus masuk dengan mudah dan memberikan sukacita dan damai. Barangsiapa menyandang bahkan rahmat yang kecil di dirinya dengan penuh sukacita pasrah diri taat ke arah manapun. Dia tahu bahwa Allah mengarahkan bahkan sorga dan akhirat dan dirinya sendiri dan urusannya dan segala sesuatu di dunia dan karena itu ia selalu damai.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XV. 2)
.
.
Hasrat Keji
Jiwa yang berdosa penuh dengan napsu, tidak dapat memiliki damai dan sukacita dalam Tuhan bahkan jika jiwa itu memerintah atas seluruh dunia. Jika tiba-tiba dikatakan pada raja semacam itu, yang tengah bergembira berpesta dan duduk di atas tahtanya, “Hai raja, sekarang engkau akan mati”, jiwanya akan gelisah dan ia akan gemetar ketakutan dan ia akan melihat ketidakberdayaannya sendiri. Tapi berapa banyak pengemis yang ada, yang satu-satunya harta yang ia miliki adalah kasih kepada Tuhan dan yang jika engkau berkata kepada mereka, “Kamu akan mati sekarang”, akan menjawab dengan damai”, Jadilah sesuai kehendak Tuhan! Kemuliaan bagi Tuhan sebab Dia telah ingat padaku dan ingin membawaku kepada diriNya.”
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IV. 3)
.
.
Kesalahan Rohani
Pahamilah dua pikiran ini dan takutilah mereka. Yang pertama, “Kamu adalah suci”, yang kedua, “Kamu tidak akan diselamatkan.” Kedua pemikiran ini berasal dari musuh dan tidak ada kebenaran di dalamnya. Tapi pikirkan hal yang seperti ini: Aku seorang pendosa besar tetapi Tuhan adalah penyayang. Dia mengasihi orang banyak dan Dia akan mengampuni dosa-dosaku.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XVII. 1)
.
.
Ada orang-orang yang ketika mereka menghadapi ketidakmampuan untuk memahami firman, tidak meminta pengertian dari Tuhan. Tapi semestinya seseorang harus segera berkata, “Tuhan, aku seorang berdosa dan aku tidak mengerti bagaimana yang seharusnya. Tetapi berilah hamba pemahaman, ya Yang Maha Penyayang, tentang apa yang hamba harus perbuat.” Dan Tuhan Maha Penyayang kemudian akan mengilhami mereka untuk apa yang harus dilakukan dan apa yang jangan dilakukan.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XX. 4)
.
.
Pikiran yang Penuh Dosa
Mustahil untuk menjaga kedamaian rohani jika kita tidak memelihara pikiran kita yakni jika kita tidak mengusir pikiran yang tidak menyenangkan Tuhan dan sebaliknya, menjaga pikiran-pikiran yang berkenan kepada Allah. Sangatlah perlu untuk melihat ke dalam hati dengan pikiran kita dan melihat apa yang dilakukan di sana. Apakah damai atau tidak? Jika tidak, kemudian menemukan dalam hal apa engkau telah berdosa.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XIV. 8)
.
.
Ketika pikiran buruk ditanam ke dalam dirimu, berserulah kepada Tuhan: << Tuhan, Pembuat dan Penciptaku, Engkau melihat bahwa jiwaku kesakitan dari pikiran buruk ini. Kasihanilah aku >>. Ajarilah dirimu untuk membasmi pikiran itu dengan segera. Tetapi ketika engkau lalai dan tidak membasmi mereka dengan segera, maka bertobatlah. Kerjakanlah hal ini sehingga engkau menjadi terbiasa.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XVII. 4, 6)
.
.
Jeratan-Jeratan Setan
Cinta akan hal-hal yang duniawi membuat jiwa kosong dan kemudian jiwa menjadi berduka dan menjadi liat dan tidak ingin lagi berdoa kepada Allah. Kemudian musuh, melihat bahwa jiwa tidak bersama Allah, menggoncangnya dan menaburkan benih di pikiranmu apapun dia inginkan secara bebas, dia menggelincirkan jiwa dari satu pikiran ke pikiran yang lain dan dengan demikian sepanjang hari jiwa demikian terganggu dan tidak berfokus untuk menatap pada Tuhan.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IV. 5)
.
.
Mengeluh
Jika engkau ditimpa kemalangan maka berpikirlah : “Tuhan melihat hatiku dan jika itu menyenangkanNya, hal ini akan menjadi kebaikan baik bagi saya maupun orang lain.” Dan dengan demikian jiwamu akan selalu damai. Tetapi seseorang bersungut-sungut, “ini buruk dan itu buruk”, maka ia tidak akan pernah ada damai di dalam jiwanya meskipun ia puasa dan berdoa banyak-banyak.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, IV. 1)
.
.
Kesedihan
Kita menderita karena kita tidak memiliki kerendahan hati dan kita tidak mengasihi sesama kita. Dari kasih akan sesama kita, terbitlah kasih akan Allah. Orang tidak belajar kerendahan hati dan karena kesombongan mereka tidak dapat menerima karunia Roh Kudus dan karena itu seluruh dunia menderita.
(Js. Silouan dari Athos, Tulisan, XVI. 4, 6)
.
.