Oleh : Protopresbyter Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono
Terminologi Injil
Ada beberapa kata yang berarti Injil, yaitu: Evangelion, Injil Allah, Injil Kristus, Injil Damai Sejahtera, Injil Kerajaan, Injil Keselamatan, Kata-Kata Kristus, Firman atau Logos, Firman tentang Salib, Firman Kebenaran, Firman Anugerah, Firman Kehidupan dan banyak lagi yang lain. Meskipun banyak sarjana sekarang gemar menekankan perbedaan dan kondisi-kondisi dalam Injil-Injil yang berbeda, namun secara jujur yang ada hanyalah satu Injil.
Perbedaan Injil-Injil yang ada seperti: Matius, Markus dll, semuanya berbeda aspek dari Injil yang satu dan sama yaitu Kabar Baik tentang Kristus. Injil-Injil itu berisikan proklamasi akan penebusan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang memulai suatu zaman baru. Adapun sifat Injil sebagai berikut:
a. Kabar Baik Allah bagi kita, Injil menceritakan apa yang Allah telah kerjakan bagi kita.
b. Ini adalah karunia bagi kita. Ia telah memberikan Putra-Nya sebagai suatu karunia.
c. Mengingat ini adalah suatu karunia, maka hal tersebut perlu respon yang sungguh-sungguh dari kita.
Aspek dari sifat Injil
1. Bahwa melalui pemberitaan Alkitab dan kuasa ilahinya Penciptaan Baru telah mengambil tempat di antara laki-laki dan perempuan.
2. Maksudnya adalah untuk mendirikan suatu hubungan antara pribadi yang menerima Kabar Baik dan Kristus. Di dalam era Kristen mula-mula Perjanjian Baru itu adalah sebuah Kitab yang belum disebut sebagai Injil.
Kata Injil itu sendiri menunjuk pada cerita tentang kabar baik mengenai Alkitab, dan bukan menunjuk pada kitab-kitab dari Alkitab itu sendiri. Sebagian besar para bapa Gereja mula-mula tidaklah tertarik dalam masalah-masalah ini, namun memang beberapa dari mereka memberitahukan hal-hal ini dan telah berusaha untuk menjelaskannya. Suatu contoh Js. Agustinus telah berpikir bahwa Injil Matius itu telah ditulis pertama, sedangkan Injil Markus adalah ringkasan dari Injil Matius. Kemudian Injil Lukas telah menggunakan kedua Injil ini dan telah menuliskannya sendiri.
Dalam waktu yang lebih modern pada pertengahan abad kedua Masehi, kita mulai menemukan orang-orang Kristen. Menunjuk bahwa kitab-kitab ini adalah sebagai Evangelion atau Injil-Injil. Js. Yustinus Sang Suhada telah menyebut kitab-kitab ini sebagai memori (kenangan) para rasul atau Injil-Injil. Kita menemukan para penulis menggunakan kata “Evangelia”, kata jamak dari kata “Evangelion” yang berarti “Injil”. Ini menceritakan pada kita bahwa kata itu menunjuk pada kitab-kitab mengenai Alkitab lebih daripada hanya sekadar cerita tentang Yesus.
Masing-masing Injil menceritakan hal yang sama tentang Yesus menurut cara mereka sendiri. Bagi beberapa orang Kristen mula-mula, ini adalah masalah, bagaimana dapat di sana hanya ada satu cerita Injil yang sungguh namun dari versi yang berbeda-beda? Tatian, suatu misal, seorang murid dari Js. Yustinus Sang Suhada, telah mengambil informasi dari 4 Injil yang ada dan telah menulis satu Injil yang disebut “Diatessaron” artinya “One Out of Four”.
Gereja tidak menerima Kitab ini karena dalam proses penggabungan dari empat Injil menjadi satu, Tatian telah melanggar integritas masing-masing Injil. Suatu solusi yang lebih baik tentang hal ini, telah dianjurkan oleh Irenaeus sekitar tahun 180 Masehi, dengan menggunakan ungkapan “Tetramorphon Evangelion” atau “Empat aspek Injil atau empat sisi dari Injil” yang ada. Semua Injil yang ada itu mempunyai maksud yang sama yaitu: bahwa ini ditulis agar kamu boleh percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Putra Allah, sehingga melalui percaya kamu boleh mempunyai kehidupan di dalam nama-Nya (Yohanes 20:31). Injil-Injil ini telah ditulis oleh orang-orang Kristen bagi orang-orang Kristen dan injil-injil tersebut merefleksikan teologia Gereja mengenai Pribadi Kristus.
Perjanjian Baru itu:
1. Menghasilkan iman di mana iman itu tidak ada.
2. Menguatkan iman yang telah ada.
3. Mengubah kehidupan orang-orang percaya di dalam Kristus.
Injil-Injil itu memanggil orang-orang untuk memiliki komitmen dan tanggang jawab dalam hidup mereka dan Injil-Injil itu memanggil kita untuk menanggapi terhadap panggilan yang ada. Empat Injil yang kita gunakan sekarang ini, telah ditulis pada abad pertama Masehi. Selama abad kedua Masehi, ada Injil-Injil lain yang telah ditulis oleh orang-orang Kristen yang ingin memberi informasi yang lebih tentang pengajaran Kristus. Namun Injil-injil yang ditulis pada abad kedua ini tidak diterima oleh Gereja dan Injil-Injil ini disebut “Injil-Injil Apokrifa”. Empat Injil yang kita gunakan dan yang diterima oleh Gereja itu disebut sebagai “Injil-Injil Kanonik”. Ada tiga corak tipe Injil-Injil Apokrifa dari abad kedua yaitu:
1. Injil yang meniru gaya Injil-Injil Kanonik, seperti: Injil Petrus, Injil Ibrani dan Injil Orang-orang Mesir.
2. Injil-injil yang menerangkan kehidupan Kristus sebagai seorang bayi dan seorang anak. Ini disebut sebagai Injil-Injil kebayian atau “Infancy Gospels”. Banyak informasi bahwa injil-injil ini kemungkinan besar bersifat legenda saja dan ini dapat dilihat dalam Injil Yakobus.
3. Injil-Injil Bidat: Injil datang dari Gnostik, misalnya Injil yang datang dari kaum Gnostik adalah Injil Thomas.
(Bersambung)
.
.
Leave a Reply