Pengantar Perjanjian Baru (Bagian 5)

Oleh : Protopresbyter Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono

Beberapa peristiwa sejarah yang telah membawa krisis orang-orang Yahudi. Alexander Agung telah mengalahkan seluruh wilayah Asia Kecil dan Palestina dan seluruh jalan yang sekarang disebut Pakistan. Karena orang-orang ini datang dari seluruh wilayah yang telah dipengaruhi oleh adat-istiadat dan budaya Yunani, maka dengan sendirinya mereka adalah orang-orang yang telah di Yunanikan. Orang-orang Yahudi juga telah mulai mengadopsi adat-istiadat Yunani. Ini mengakibatkan rasa tegang dan marah di antara orang-orang Yahudi konservatif, orang-orang Yahudi yang ingin menjaga dan melestarikan identitas mereka dan tidak memberi kesempatan bagi pengaruh asing masuk serta merusak adat budaya mereka.

Salah satu pengganti-lanjut Alexander Agung yaitu Antiokhus IV Epiphanes, telah berusaha memaksa semua orang Yahudi untuk mengangkat budaya dan adat-istiadat Yunani serta membuang jauh-jauh budaya dan adat istiadat Yahudi mereka. Ia telah menutup sekolah-sekolah Yahudi, sinagoga-sinagoga serta membakar kitab-kitab orang Yahudi dan telah menyiksa siapapun yang menentang dia. Orang-orang Yahudi telah memberontak karena sikap Antiokhus ini dan akhirnya mereka mampu mengalahkan Antiokhus IV.

Dari tahun 146-63 Sebelum Masehi orang-orang Yahudi bebas. Orang-orang Yahudi ini telah dipimpiin oleh orang Yahudi sendiri yaitu dari keluarga Hasminea. Yudas Makabeas adalah seorang yang telah memulai mengadakan revolusi dan Hasminea ini adalah seorang yang datang dari keluarganya yaitu keluarga orang Makabea. Orang-orang Hasminea telah mengambil alih Keimaman Agung Bait Allah Yerusalem, jadi mereka adalah pemimpin-pemimpin politik dan keagamaan Yahudi. Karena alasan inilah mengapa mereka disebut “Ethnarhs.”

Apakah Pemerintahan yang Ideal bagi Orang-Orang Yahudi pada Waktu Itu?

Mereka (orang-orang Yahudi) telah berpikir bahwa bentuk pemerintahan terbaik adalah pemerintahan yang berbentuk “Theokrasi” – suatu bangsa yang dipimpin-atur oleh Allah, suatu bangsa dengan Allah sebagai Raja-Nya. Selama periode ini kita menemukan beberapa kelompok yang berbeda dari orang-orang Yahudi. Suatu contoh yang jelas adalah:

  1. Saduki

 Orang-orang Yahudi yang telah mempunyai beberapa tingkat keimaman. Tingkat tertinggi itu disebut Imam-Imam Agung, diambil dari kelompok yang disebut “Orang-orang Saduki”. Mempunyai kuasa penuh karena mereka adalah para pemilik tanah pada waktu “Aristokrasi”. Mereka telah mengontrol Bait Allah dan juga tidak menginginkan pemberontakan apapun karena mereka mempunyai yang baik. Karena itu selalu berusaha bekerjasama dengan siapapun yang memerintah pada waktu itu. Mereka telah bekerjasama dengan orang-orang Roma. Mereka melihat 5 Kitab Musa sebagai seluruh Kitab Suci. Orang Saduki ini tidak percaya akan adanya kebangkitan dari antara orang mati.

2. Farisi

Orang-orang Farisi ini percaya adanya kebangkitan dari antara orang mati. Dan telah menerima Kitab Para Nabi serta 5 Kitab Musa. Orang-orang Farisi ini adalah salah satu kelompok orang-orang Yahudi yang telah dimulai sekitar waktu pemberontakan orang Makabea. Mereka adalah orang-orang awam dan telah mempelajari hukum dan sangat setia padanya. Mereka telah memulai Tradisi Lisan dan akhirnya hal tersebut menuntun mereka pada Mishnah. Banyak di antara orang-orang Yahudi disebut sebagai Ahli Kitab – seorang pelajar dari Hukum Taurat. Seorang Ahli Kitab sangatlah dihormati sebagai orang-orang yang telah mendedikasikan hidupnya secara penuh dalam hal agamawinya. Mereka juga disebut “Sopherim” atau “Orang-orang Kitab.”

3. Esseni

Kaum Esseni ini adalah bagian dari komunitas Qumran. Qumran adalah kelompok kaum lelaki yang hidup di dalam komunitas yang telah mempelajari Hukum Yahudi dengan sangat hati-hati. Mereka telah mempelajari Hukum ritual secara murni dengan serius, khususnya membasuh tangan. Mereka telah menolak kelompok-kelompok agama lain Yudaisme saat keimaman agung telah diambil alih dari mereka pada tahun 165 Sebelum Masehi. Mereka telah menarik mundur dan masuk ke padang gurun untuk melestarikan Yudaisme dalam cara yang benar. Dan menginginkan hari saat Tuhan akan membuktikan kebenaran pada mereka.

4. Zealot

Adalah orang-orang yang sangat menentang diatur pimpin oleh orang-orang Roma atau kuasa asing apapun. Mereka telah dimotivasi oleh komitmen keagamaan yang sangat dalam dan keinginan Yudaisme yang murni. Mereka bersedia bertempur-kelahi bagi kemerdekaan. Mereka telah memulai pemberontakan yang besar pada tahun 66-70 Masehi.

5. Orang Awam

Orang awam atau disebut sebagai “Anme ha-ares” (umat Tuhan). Ini adalah mayoritas umat Yahudi. Orang-orang yang telah mengikuti Yesus. Mereka sering menyangsikan aturan orang-orang Yahudi seperti kaum Saduki misalnya. Jadi kita menemukan bahwa di dalam Yudaisme itu terdapat bermacam-macam kelompok atau group. Menyelidiki orang-orang Yahudi telah mengubah pendapat kita tentang seperti apakah masyarakat Yahudi itu. George Foatmore yang telah menulis pada abad ke-19 berpikir, bahwa Yudaisme tidaklah punya begitu banyak macam di dalamnya. Ia menulis beberapa buku tentang Yudaisme yang menjelaskan poin-poin dasar normatif Yudaisme. Selama abad ini, para penulis berbicara banyak tentang perbedaan lebih daripada normatifnya. Edmin Goodnaugh berbicara tentang Yudaisme yang minimal (Minimal Yudaism).

Faktor-faktor atau karakteristik yang umumnya orang-orang Yahudi miliki:

1. Percaya di dalam satu Allah.

2. Hukum Taurat

3. Bait Allah.

4. Pengertian akan Keimaman.

Baru-baru ini kita menggunakan istilah “Vanegated Yudaism” guna menjelaskan perbedaan besar Yudaisme. Kita juga menemukan bahwa di dalam abad-abad persis sebelum Kristus, ada beberapa perkembangan teologia besar baru di Yudaisme.

1. Suatu harapan kedatangan seorang Mesias. Sebagaimana waktu berjalan terus, pendapat orang-orang Yahudi tentang seperti apakah Mesiah itu, telah berubah. Mereka telah melihat Dia lebih sebagai Makhluk yang bersifat Surgawi daripada hanya sekadar makhluk duniawi.

2. Suatu perubahan ide tentang Kerajaan Allah. Allah selalu dipandang sebagai seorang Raja oleh orang-orang Yahudi, namun bagi kita yang masuk dalam periode masa tenggang atau “Intertestamental Period”, melihat kesegeraan ide tentang hari penghakiman saat Allah akan menghakimi umat tentang yang telah mereka perbuat dalam hidup. Beberapa orang melihat permulaan sesuatu ide tentang setelah kehidupan ini. Kita bahkan menemukan permulaan cara dualistik dalam melihat dunia. Dualisme itu berarti suatu pertempuran antara baik dan buruk. Dualisme Yudaisme adalah moral atau dualisme etika: baik dan buruk tergantung apa yang orang-orang lakukan. Ini bukanlah metafisika atau dualisme ontologika sebagaimana terdapat di dalam “Zoroastrianisme” di mana di sana kita dapat menemukan dua ilah, ilah baik dan ilah jahat. Kita juga melihat perkembangan ajaran tentang “Angelology” dan “Demonology”.

Di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama tidak terlalu banyak perhatian yang diberikan pada para malaikat dan setan, namun sebagaimana kita ini dekat dengan periode tenggang, kita menemukan adanya perhatian yang lebih pada malaikat dan setan. Kita juga melihat permulaan pengajaran tentang kebangkitan. Dalam Perjanjian Lama klasik, kita menemukan hanya beberapa yang menyebutkan tentang kebangkitan, namun sebagaimana ini dekat dengan periode tenggang, maka yang kita temukan adalah bagian hakiki teologia Yahudi. Kita menemukan bermacam-macam pengajaran yang berbeda, akan tetapi dalam Apokrifa kita menemukan kebangkitan hanya untuk seorang yang benar, sementara dalam tulisan mereka hanya orang-orang berdosa akan bangkit untuk dihukum. Di dalam tulisan-tulisan diaspora Yahudi, kita melihat sedikit hal yang menyebutkan tentang adanya kebangkitan, akan tetapi ada hal yang menyebutkan tentang jiwa yang kekal di dalam tulisan-tulisan diaspora tersebut, hal ini dapat dilihat dalam kitab Hikmat Salomo.

(Bersambung)

.

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *